FKP dengan tuan rumah The SMERU Research Institute dengan narasumber Jonathan Farez Satyadharma (SMERU), Adinova Fauri (CSIS), Mira Tayyiba (Sekretaris Jenderal, Kementerian Kominfo), Remy Rohadian (Programme Manager, Swisscontact). Rabu, 12 Oktober 2022.

KEY POINTS:

  1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2020–2024 menekankan peran transformasi digital dalam mendorong produktivitas ekonomi dan meningkatkan pelayanan publik. Namun, belum ada kerangka kebijakan yang secara khusus dapat menjadi pedoman pengembangan keterampilan digital di Indonesia. Sebelum merumuskan kerangka pengembangan keterampilan digital di Indonesia, perlu diidentifikasi kondisi dan tantangan yang ada. 
  2. Tantangan pengembangan keterampilan digital di Indonesia yang perlu diatasi antara lain penggunaan big data yang akurat sebagai acuan untuk menghindari ketidaksesuaian antara kompetensi digital dengan kebutuhan ekosistem ekonomi digital, pengembangan keterampilan berbasis komunitas, kesenjangan keterampilan digital, dan pelatihan reguler

 

SUMMARY

  1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2020–2024 menekankan peran transformasi digital dalam mendorong produktivitas ekonomi dan meningkatkan pelayanan publik. Namun, belum ada kerangka kebijakan yang secara khusus dapat menjadi pedoman pengembangan keterampilan digital di Indonesia. Kerangka kerja ini sangat penting, karena dapat menjadi faktor penentu keberhasilan Indonesia dalam menerapkan dan memanfaatkan transformasi digital. Nilai & proyeksi Gross Merchandise Volume (GMV) Indonesia tertinggi se-ASEAN, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang besar. Keterampilan digital merupakan faktor kunci untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital & transformasi digital. 
  2. Pada saat yang sama, masih terdapat kesenjangan digital antar kelompok dalam masyarakat. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), pada tahun 2021, sekitar 36% penduduk usia 5 tahun ke atas tidak memiliki akses internet dan 64% pekerja/para pebisnis atau pengusaha berusia 15 tahun ke atas masih belum menggunakan internet dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, sebelum merumuskan kerangka pengembangan keterampilan digital di Indonesia, perlu diidentifikasi kondisi dan tantangan yang ada. 
  3. Akses internet berkualitas masih menjadi kemewahan yang dinikmati masyarakat berpenghasilan tinggi. Padahal, akses masyarakat ke internet menentukan seberapa besar, atau seberapa kecil, peluang mereka untuk mengembangkan keterampilan digital mereka dan untuk dapat diintegrasikan ke dalam ekosistem ekonomi digital. Jonathan Farez Satyadharma, junior peneliti di The SMERU Research Institute, menjelaskan kajian SMERU yang menunjukkan bahwa akses ke koneksi internet yang berkualitas lebih banyak dinikmati oleh mereka yang berpenghasilan tinggi. Pada tahun 2020, misalnya, 77% masyarakat yang termasuk dalam kuintil pendapatan atas memiliki akses ke internet, sementara hanya 33% masyarakat di kuintil pendapatan bawah yang dapat mengakses internet.
  4. Tanpa keterampilan digital yang memadai, prospek bagus ekonomi digital di Indonesia terkait pencapaian Visi Indonesia 2045 mungkin hanya akan menjadi mimpi belaka. Literasi dan keterampilan digital menjadi agenda utama forum G20 tahun ini, di mana Indonesia memegang kursi kepresidenan. Adinova Fauri, peneliti CSIS, berbicara tentang pentingnya keterampilan digital dan cara mengukurnya menggunakan digital skills toolkit. Digital skills toolkit ini memiliki empat pilar antara lain empat pilar, yaitu infrastruktur, literasi, pemberdayaan, dan ketenagakerjaan. Toolkit ini memberikan panduan bagi suatu negara untuk mengoptimalkan eksplorasi indikator digital untuk menghasilkan kebijakan strategis bagi pengembangan ekonomi digital, dalam konteks Indonesia implementasinya ada dalam Indeks Masyarakat Digital (IMD). 
  5. Tantangan pengembangan keterampilan digital di Indonesia yang perlu diatasi antara lain penggunaan big data yang akurat sebagai acuan untuk menghindari ketidaksesuaian antara kompetensi digital dengan kebutuhan ekosistem ekonomi digital, pengembangan keterampilan berbasis komunitas, kesenjangan keterampilan digital, dan pelatihan reguler. Hedi M. Idris, Kepala Pusat Pengembangan Profesi dan Sertifikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika,  menjelaskan bahwa keterampilan digital profesional merupakan aspek penting dalam ekonomi digital, karena dengan pasokan talenta digital yang mumpuni, sektor bisnis dapat mengoptimalkan produktivitas dan efisiensi bisnis mereka. Sektor pemerintah juga dapat meningkatkan pelayanan publiknya, dan masyarakat dapat mengakses berbagai layanan pemerintah dan berpartisipasi dalam ekosistem ekonomi digital.
  6. Uma Hapsari, founder dari Amazara, mengatakan bahwa minimum digital skill yang dibutuhkan seorang pebisnis untuk sukses di era ekonomi digital adalah memahami target pasar dan memiliki pengetahuan tentang platform digital yang digunakan oleh calon klien sehari-hari. Target pasar Amazara kebanyakan di Instagram, sehingga ia memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia di Instagram, misalnya storytelling. Amazara juga belajar bagaimana berkomunikasi dengan target market agar pesan bisa sampai ke target yang dituju. Dengan persaingan yang begitu ketat di pasar, penting bagi bisnis untuk fokus pada nilai-nilai yang ditawarkan produk mereka dan hal-hal yang membuat produk mereka berbeda dari yang lain.
Download slides