Rasita Purba, Cici T. Wanita, dan Irsyad Zamjani dalam webinar.

FKP dengan INOVASI bersama Rasita Purba (Program Inovasi untuk Anak Sekolah/INOVASI), Cici T. Wanita (INSPIRASI Foundation), Irsyad Zamjani (Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang dan Perbukuan, Kementeraian Pendidikan dan Kebudayaan)

Keypoints:

  • Survei pembelajaran dari rumah di Indonesia menunjukkan frekuensi dan intensitas belajar yang menurun ketika di rumah dibandingkan di sekolah.
  • Akses yang masih terbatas menimbulkan dominasi media belajar luar jaringan (luring), tetapi ragam media belajar dalam jaringan (daring) telah banyak dieksplorasi oleh sekolah dan pelajar.
  • Siswa dari kelompok rentan seperti siswa di daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia (3T), berstatus ekonomi lemah, dan berkebutuhan khusus perlu mendapat perhatian lebih karena berisiko tertinggal.
  • Diperlukan aktivasi kepala sekolah untuk menghasilkan pembelajaran yang inklusif. Di samping itu, saran terkait kerja sama swasta dan publik, pengembangan dan pemberian akses belajar, serta peningkatan kapasitas guru dapat diimplementasikan.

 


 

  1. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan proses belajar yang selama ini berlangsung di sekolah dipindahkan ke rumah sejak Maret 2020. Beberapa organisasi melakukan survei untuk melihat inklusivitas beragam praktik pembelajaran jarak jauh yang tengah berlangsung di Indonesia.
  2. INOVASI menyelenggarakan survei dengan Technical Assistance for Education System Strengthening (TASS) kepada 300 orangtua siswa dan 220 guru di 19 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur, dengan temuan antara lain:
    • Pembelajaran dari rumah masih didominasi oleh 72% media belajar luring dengan 24% media belajar daring dan 4% tanpa media. Sebagian besar rumah siswa pun lebih mendukung pembelajaran luring dibandingkan daring.
    • Pembelajaran dari rumah masih didominasi oleh pemberian dan koreksi tugas, dibandingkan penyampaian materi dan tanya-jawab.
    • Anak berkebutuhan khusus belum memperoleh cukup upaya khusus. Penyesuaian seperti penetapan waktu dan materi yang berbeda serta dilibatkannya orangtua sangat diperlukan.
    • Anak dari kelompok rentan (wilayah terpencil, berstatus ekonomi lemah, berkebutuhan khusus) paling berisiko tertinggal.
  3. Kemendikbud menyelenggarakan survei kepada 38.109 siswa dan 46.547 orangtua di setiap provinsi di Indonesia.
    • Pandemi membuat hampir 97% siswa belajar sepenuhnya dari rumah dengan sebagian sisanya bergantian di rumah dan sekolah dikarenakan terutama oleh tidak adanya akses internet dan gawai.
    • Frekuensi dan intensitas belajar dari rumah lebih rendah dibandingkan belajar dari sekolah dengan mayoritas responden tidak belajar setiap hari dan hanya belajar kurang dari dua jam dalam sehari.
    • Terdapat variasi cara dan sumber belajar yang digunakan, tetapi media luring masih mendominasi media daring. Bagi yang menggunakan media daring, media sosial menjadi sarana paling interaktif dan tercatat penggunaan kelas online dan aplikasi (Ruangguru, Rumah Belajar, dsb.).
    • Pendampingan orangtua didominasi oleh ibu dengan mayoritas memberikan motivasi, pemantauan, dan bantuan penjelasan.
    • Sekolah  memberikan dukungan kepada siswa. Di daerah non-3T, bantuan mayoritas berupa akses aplikasi belajar daring. Sementara di daerah 3T, bantuan mayoritas berupa peminjaman buku.
    • Berbagai hambatan ada karena pembelajaran dari rumah, terutama sulitnya memahami pelajaran, kurangnya konsentrasi, tidak memungkinkannya siswa bertanya langsung pada guru, dan kebosanan.
  4. Inspirasi Foundation menyelenggarakan survei kepada 458 kepala sekolah negeri dan 369 kepala sekolah swasta di Indonesia.
    • Kepala sekolah swasta memiliki kekhawatiran lebih terhadap isu keuangan, dibandingkan kepala sekolah negeri, sehingga mereka perlu melakukan realokasi dana sekolah.
    • Meski demikian, kepala sekolah, terutama dari sekolah swasta, mampu menjangkau orangtua siswa lewat kunjungan rumah, sistem piket, dan pembuatan kelompok siswa.
    • Kepala sekolah sudah sadar bahwa mereka berperan memastikan well-being siswa. Hal ini dilakukan dengan pemberian motivasi, minimnya tekanan untuk mengejar kurikulum, dan pemberian kebebasan orangtua mengenai cara mendukung proses belajar.
    • Kepala sekolah juga terbuka terhadap praktik baik dari pihak lain dengan saling berbagi ide mengenai praktik baik sistem pembelajaran.
  5. Hasil survei ketiga lembaga menghasilkan beberapa catatan dan rekomendasi.
    • INOVASI merekomendasikan peningkatan kapasitas guru, dukungan bagi guru lewat kerja sama pemerintah daerah, dukungan secara sistemik, kerja sama lintas kementerian dan lembaga, pengembangan akses dan jenis media, dan pertegasan kebijakan untuk anak dari kelompok rentan.
    • Kemendikbud mencatat perlunya asesmen siswa, pemberian akses fasilitas pembelajaran campuran secara lebih luas, pemetaan potensi putus sekolah oleh pemerintah daerah, dan penyelarasan antara pendidikan keluarga dengan pendidikan sekolah.
    • Inspirasi Foundation menggarisbawahi pentingnya aktivasi kepala sekolah untuk melakukan realokasi dana dan sumber daya sekolah  untuk memperoleh sekolah yang inklusif dengan pembelajaran dari rumah yang efektif.
Download slides (INOVASI)
Download slides (Kemendikbud)
Download slides (Inspirasi Foundation)