FKP dengan tuan rumah ANU Indonesia Project dengan narasumber Romi Bhakti Hartarto (Ungku Aziz Centre for Development Studies, Universiti Malaya) dan Muhammad Rizkan (Universitas Muhammadiyah Bima), dan Yohanna Gultom (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia). Thursday, 13 Juli 2023.

Update October 2023. This research has been published as: Romi Bhakti Hartarto, Akhmad Akbar Susamto, Muhammad Rizkan, Ibnu Hajar, Lulu Safira & Embarika Mostafa (2023) Conditional cash transfer and stunting prevention: Evidence from Bima, West Nusa Tenggara, Cogent Social Sciences, 9:2, DOI: 10.1080/23311886.2023.2260607

KEY POINTS:

  1. Program Keluarga Harapan (PKH) di Indonesia diperkirakan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan prevalensi stunting di Kota Bima. Penerima manfaat PKH melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas makanan untuk anak-anak mereka, membeli makanan kaya protein seperti ikan dan telur, serta pilihan yang lebih sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan susu. PKH memberikan tambahan pendapatan bagi rumah tangga, memungkinkan mereka untuk meningkatkan gizi anak-anak mereka.
  2. Program ini juga melibatkan pendidikan kesehatan dan gizi yang diberikan oleh fasilitator program melalui pertemuan bulanan pengembangan keluarga, yang mengarah pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran kesehatan anak di antara penerima PKH. Untuk mendalami topik ini, beberapa hal perlu digali lebih lanjut antara lain konteks lokasi penelitian, perubahan perilaku yang dilihat, dan eksplorasi sampel yang lebih mendalam.


SUMMARY

  1. Pada tahun 2020, sebanyak 149,2 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting secara global.  Stunting dapat secara permanen membatasi kesejahteraan fisik dan kognitif seorang anak, sehingga mempengaruhi kualitas hidup seorang anak hingga dewasa. Kabar baiknya, prevalensi stunting di Indonesia turun 1,6% per tahun dari 27,7% pada 2019 menjadi 24,4% pada 2021. 
  2. Kota Bima memiliki tingkat penurunan prevalensi stunting yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Angka stunting menurun lebih dari setengahnya dalam lima tahun terakhir dari 36,5% pada 2017 menjadi 14,81% pada 2022. Romi Bhakti Hartarto (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dan Muhammad Rizkan (Universitas Muhammadiyah Bima) meneliti tentang bagaimana Program Keluarga Harapan (PKH) dapat membantu menurunkan angka stunting di Kota Bima, kemungkinan mekanisme bagaimana PKH dapat mempengaruhi gizi anak, dan rekomendasi kebijakan penurunan angka stunting.
  3. PKH menyasar keluarga termiskin dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan. PKH memberikan dukungan dan pemantauan kesehatan ibu, imunisasi dan vaksinasi untuk anak, dan memastikan partisipasi anak di sekolah. Studi ini dilakukan dengan wawancara mendalam semi terstruktur dengan 15 peserta PKH yang tersebar di lima kecamatan di Kota Bima (Asakota, Mpuda, Raba, Rasanae Barat, & Rasanae Timur).
  4. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan tematik yang mengidentifikasi tema untuk menangkap narasi yang diberikan dalam dataset setelah membaca dan membaca ulang data yang ditranskrip secara sistematis. Kedua cara deduktif dan induktif digunakan untuk memaksimalkan kedalaman analisis dalam penelitian ini. Transkrip diberi kode berdasarkan kalimat atau frase, dimana kode-kode tersebut kemudian digabungkan menjadi tema-tema utama yang berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Tema yang teridentifikasi selanjutnya disempurnakan dan ditentukan agar sesuai dengan gambaran keseluruhan data yang lebih luas.
  5. Studi ini menunjukkan, penerima PKH meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan untuk anak-anak mereka. Penerima PKH dilaporkan membeli makanan kaya protein seperti ikan dan telur serta makanan yang lebih sehat seperti buah, sayur, dan susu, terutama saat mereka masih menyusui anaknya. Ini memungkinkan mereka untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas makanan untuk anak-anak mereka dengan pendapatan tambahan yang diperoleh oleh rumah tangga penerima PKH. PKH juga melibatkan pendidikan kesehatan dan gizi dari fasilitator program dengan sesi pengembangan keluarga melalui pertemuan bulanan. Pendidikan kesehatan dan gizi dari fasilitator program dapat mengubah pola pikir penerima dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan anak.
  6. Yohanna Gultom (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia) memberikan tanggapan atas riset tersebut. Beberapa hal perlu diperjelas dalam penelitian antara lain konteks lokasi penelitian, perubahan perilaku yang dilihat, dan eksplorasi sampel yang lebih mendalam. Jalur tentang bagaimana perilaku berubah akibat program secara kualitatif perlu dibahas secara lebih rinci. Dalam perubahan perilaku, poin yang penting antara lain adalah sampel yang perlu dijelaskan secara detail agar representasi yang diberikan jelas. Sebagai contoh, selain kasus sukses, perlu juga disorot kasus yang tidak sukses untuk memperkaya interpretasi dari penelitian ini.
Download slides (Hartarto & Rizkan)