FKP dengan tuan rumah Article33 Indonesia dengan narasumber Sandy J. Maulana (Article33 Indonesia), Yusuf F. Martak (Article33 Indonesia), dan Ferry Irawan (Kementerian Koordinator bidang Perekonomian). Kamis, 23 September, 2021.

KEY POINTS:

  1. Perubahan tingkat diversifikasi lebih banyak terjadi dalam jangka panjang. Indeks diversifikasi (HHI) ditemukan berkorelasi dengan , indeks pembangunan manusia (IPM), angka partisipasi murni  (APM), dan tingkat kemiskinan dimana indikator tersebut juga cenderung berubah dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek dampak diversifikasi cenderung sulit direalisasikan, bahkan justru bisa memunculkan biaya. Oleh karena itu dibutuhkan safety net di berbagai level, mulai dari kepastian APBD pemerintah daerah sampai alokasi tambahan dan transfer sebagai kompensasi.
  2. Isu yang dapat menghambat diversifikasi adalah masalah ketenagakerjaan, dimana sebagian besar tenaga kerja masih bekerja di sektor pertanian dan jasa dengan produktivitas rendah. Kondisi tersebut membuat pekerja memiliki kemampuan memilih pekerjaan yang terbatas sulit untuk berpindah ke sektor lain yang lebih produktif. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam melakukan diversifikasi ekonomi, dimana dibutuhkan reskilling dan upskilling untuk meningkatkan produktivitas dan memobilisasi tenaga kerja ke sektor lain.

 

SUMMARY

  1. Diversifikasi ekonomi merupakan salah satu strategi yang dapat mendorong pembangunan berkelanjutan dan menurunkan resiko fluktuasi harga komoditas global. Yusuf Martak dari Article33 Indonesia membahas tentang kondisi diversifikasi ekonomi dan metode apa yang dapat digunakan untuk memperhitungkan tingkat diversifikasi di Indonesia.
  2. Dari 6 jenis model dalam metode perhitungan indeks diversifikasi, studi ini menggunakan metode perhitungan Herfindahl-hirschmann index (HHI) karena dapat memenuhi kriteria penilaian indeksasi yang baik antara lain simplicity, affordability, suitability for international and temporal comparison, dan transparency. Dari hasil perhitungan HHI, sebagian besar daerah tidak mengalami kenaikan diversifikasi yang signifikan dalam jangka pendek. Perubahan tingkat diversifikasi lebih banyak terjadi dalam jangka panjang. 
  3. Dari segi diversifikasi PDRB dalam jangka panjang, beberapa provinsi mengalami perubahan yang cukup signifikan. Penurunan diversifikasi terbesar dialami Provinsi Gorontalo, sedangkan kenaikan diversifikasi terbesar terjadi di Provinsi Papua. D.I. Yogyakarta memiliki diversifikasi paling tinggi dan Kalimantan Timur merupakan yang paling terkonsentrasi di Indonesia. Dari segi keterkaitan dengan ketergantungan terhadap pertambangan, tidak terdapat pola bahwa daerah yang memiliki sumbangan tambang yang besar akan memiliki ekonomi yang tidak terdiversifikasi. Sedangkan dengan keterkaitan dengan urbanisasi, daerah dengan persentase penduduk perkotaan yang tinggi memiliki diversifikasi PDRB dan tenaga kerja tinggi. 
  4. Sandy Maulana dari Article 33 melanjutkan penjelasan studi dengan membahas dampak diversifikasi terhadap kesejahteraan masyarakat. Beberapa indikator yang dilihat adalah kemiskinan, pengeluaran perkapita rumah tangga, indeks pembangunan manusia (IPM), morbiditas, dan angka partisipasi murni (APM) sekolah. Efek diversifikasi diukur dengan membandingkan trajectory daerah terdiversifikasi dengan non-diversifikasi pada periode 2010-2018. Pada periode tersebut terjadi perubahan harga komoditas yang cukup signifikan, terutama pada sektor tambang. Daerah yang terdiversifikasi dianggap tidak akan mengalami krisis yang dalam dibandingkan daerah yang tidak terdiversifikasi.
  5. Indeks diversifikasi (HHI) ditemukan berkorelasi dengan beberapa variabel seperti IPM, APM SMP, dan tingkat kemiskinan. Indikator-indikator tersebut adalah indikator yang cenderung berubah dalam jangka panjang, dan tidak berubah dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa diversifikasi memang baru memberikan dampak dalam jangka panjang. 
  6. Dari hasil pemodelan, analisis belum menemukan dampak diversifikasi terhadap capaian sosial ekonomi, namun ada bukti bahwa diversifikasi terkait erat dengan capaian pendidikan di daerah.  Dampak pada pendidikan mungkin disebabkan daerah yang tergantung pada komoditas global dan tidak terdiversifikasi akan mengalami penurunan sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan belanja APBD pendidikan dibandingkan daerah yang terdiversifikasi..
  7. Diversifikasi ekonomi tidak secara langsung berdampak pada kesejahteraan, melainkan melalui faktor intermediary. Dalam jangka pendek dampak diversifikasi sulit direalisasikan, bahkan justru bisa memunculkan biaya antara lain untuk penyesuaian dan realokasi sumber daya, menurunnya output sementara, dan potensi pendapatan yang menurun. Meskipun demikian, dalam jangka panjang secara umum ekonomi yang sejahtera adalah yang terdiversifikasi. 
  8. Biaya yang dapat melebihi manfaat dalam jangka pendek tersebut menyebabkan diversifikasi jarang dapat diwujudkan. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan safety net di berbagai level, mulai dari kepastian APBD pemerintah daerah sampai alokasi tambahan dan transfer sebagai kompensasi. Pilihan lain adalah dengan menyimpan cadangan dana di masa booming untuk digunakan sebagai kompensasi dalam jangka pendek. 
  9. Ferry Irawan dari Kementerian Koordinator bidang Perekonomian menanggapi studi ini dengan menjelaskan bahwa pemerintah sedang melakukan reformasi struktural untuk mencapai transformasi ekonomi dan keberlanjutan ekonomi pasca pandemi.  Diversifikasi ekonomi sudah menjadi bagian dari rencana pemerintah ke depan, antara lain untuk meningkatkan nilai tambah dengan peningkatan kontribusi industri pengolahan dan hilirisasi produk pertanian. Diversifikasi ekonomi berkorelasi kuat dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil, dan yang tidak terdiversifikasi pertumbuhannya cenderung lebih fluktuatif. Contoh aktual dari hubungan ini adalah Provinsi Bali yang bergantung sangat tinggi pada sektor pariwisata, mengalami kontraksi ekonomi paling dalam akibat pandemi. Daerah di Jawa dan Sulawesi cenderung lebih stabil, dan kini pulih lebih cepat. 
  10. Isu yang dapat menghambat diversifikasi adalah masalah ketenagakerjaan, dimana sebagian besar tenaga kerja masih bekerja di sektor pertanian dan jasa dengan produktivitas rendah. Mayoritas pekerja juga masih berada di sektor informal dengan pendidikan rendah sehingga rentan terhadap shock. Kondisi tersebut membuat pekerja memiliki kemampuan memilih pekerjaan yang terbatas, tidak mampu meningkatkan produktivitas, dan sulit untuk berpindah ke sektor lain yang lebih produktif. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam melakukan diversifikasi ekonomi, dibutuhkan reskilling dan upskilling untuk meningkatkan produktivitas dan memobilisasi tenaga kerja ke sektor lain.

 

Download slides (Article33)