FKP dengan tuan rumah WRI Indonesia dengan narasumber Dewi Mustika (WRI Indonesia). Senin, 28 Maret 2022

KEY POINTS:

  1. Terdapat perbedaan definisi urban forest yang digunakan di Indonesia dan di kalangan internasional. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 tahun 2022, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon kompak dan rapat di wilayah perkotaan. Sedangkan menurut Food and Agriculture Organisation of the United Nations (FAO), hutan kota atau urban forest dapat didefinisikan sebagai jaringan atau sistem yang terdiri dari semua hutan, kelompok pohon, dan pohon individu yang terletak di perkotaan dan daerah pinggiran kota.
  2. Secara umum, hutan kota memiliki 8 manfaat utama yaitu meningkatkan biodiversitas, menyaring polusi, menurunkan suhu permukaan lingkungan, meningkatkan kesehatan, menyediakan ruang alami hijau, mengurangi limpasan air hujan, mengurangi banjir, menciptakan pekerjaan, dan memberikan kesempatan rekreasi & meningkatkan kesehatan mental. Sejalan dengan gerakan Cities4Forests, WRI Indonesia membuat aplikasi bernama EMISI yang membantu masyarakat berkolaborasi dan berpartisipasi dalam pengurangan emisi dan mengatasi perubahan iklim.

SUMMARY

  1. Apa yang dimaksud dengan “Urban Forest”? Dalam terminologi Indonesia, urban forest diartikan sebagai hutan kota. Menurut PP No. 63 tahun 2022, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon kompak dan rapat di wilayah perkotaan, dengan luas minimal 2500m2 dan minimal sebesar 10% dari luas wilayah kota. Selain itu, menurut Permen PU No 05 tahun 2008, hutan kota merupakan salah satu bentuk dari Ruang Terbuka Hijau (RTH). Hutan kota bisa berbentuk bergerombol atau menumpuk, menyebar, atau berbentuk jalur. 
  2. Terdapat perbedaan definisi urban forest di Indonesia dan definisi yang lazim dipakai di dunia  internasional. Menurut Guideline on Urban and Peru-Urban Forestry oleh FAO, urban forest adalah jaringan atau sistem yang terdiri dari semua hutan, kelompok pohon, dan pohon individu yang terletak di perkotaan dan daerah pinggiran kota, termasuk hutan, pohon di jalanan, pohon di taman dan kebun, dan pohon di sudut-sudut terlantar. 
  3. Gerakan Cities4Forests mengkatalisasi dukungan politik, sosial, dan ekonomi bagi pemerintah kota dan penduduk perkotaan untuk mengintegrasikan tiga skala hutan kota ke dalam rencana pembangunan, program, dan investasi mereka. Dalam inisiatif ini, hutan kota dibagi ke dalam 3 skala yaitu hutan dalam kota, hutan dekat kota, dan hutan jauh dari kota. Hutan dalam kota berfungsi memperbaiki kualitas udara, peneduhan dari matahari, dan mencegah banjir. Hutan dekat kota lebih berfungsi sebagai penyedia air, pengendali limpasan air dan banjir, mengurangi erosi, dan sarana rekreasi. Terakhir, hutan jauh dari kota berfungsi untuk penyimpanan karbon, pemantik hujan, produk hutani, produk kesehatan, dan biodiversitas.
  4. Secara umum, hutan kota memiliki 8 manfaat utama. Hutan kota berpotensi meningkatkan biodiversitas, menyaring polusi, menurunkan suhu permukaan lingkungan, meningkatkan kesehatan, menyediakan ruang alami hijau, mengurangi limpasan air hujan, mengurangi banjir, menciptakan pekerjaan, dan memberikan kesempatan rekreasi & meningkatkan kesehatan mental. Hutan kota juga menyediakan penyerapan untuk air limpasan hujan sehingga mencegah banjir. Di wilayah yang tidak tersedia hutan kota, 55% air limpasan tidak terserap dan menciptakan genangan. Sedangkan di hutan kota, hanya 10% air limpasan tergenang dan 50% dapat terserap dan meningkatkan air tanah.  Selain penyerapan air, hutan kota juga berfungsi menyerap emisi kendaraan di perkotaan. Sebagai contoh, emisi polutan di jalur tol dapat terserap oleh pohon bila di di kanan dan kiri jalur tersebut terdapat beberapa lapis pepohonan. 
  5. WRI Indonesia membuat aplikasi bernama EMISI yang membantu masyarakat berkolaborasi dan berpartisipasi dalam pengurangan emisi dan mengatasi perubahan iklim. Aplikasi ini membantu individu belajar tentang emisi, mencatat perubahan emisi individu per hari, restorasi hutan daerah, dan membantu iptek emisi dan pohon di Indonesia. Dengan aplikasi tersebut, pengguna dapat menghitung emisi dari kegiatan transportasi mereka. Besaran emisi dari makanan, pakaian, sampah, dan sumber lainnya juga dapat dihitung dengan aplikasi ini. Lebih lanjut lagi, aplikasi dapat menghitung jumlah pohon yang dibutuhkan untuk mengimbangi (offset) emisi tersebut, dan pengguna dapat memberikan donasi untuk membayar biaya menanam pohon tersebut.