Selain menjaga ketahanan pangan,sektor pertanian juga menyerap sebanyak 28,5% tenaga kerja Indonesia. Akan tetapi, adopsi teknologi pada sektor pertanian belum memadai dan mengakibatkan tantangan bagi ketahanan pangan. Terlebih lagi, subsidi pemerintah belum tepat sehingga menghasilkan pemborosan dan mendorong sistem pertanian yang kurang berkelanjutan. Salah satunya adalah program pupuk bersubsidi yang ternyata menimbulkan sejumlah masalah seperti dampaknya yang sub-optimal terhadap produksi, degradasi lahan karena penggunaan pupuk kimia berlebihan, kesenjangan harga yang besar dengan produk nonsubsidi, distorsi pasar, pilihan yang terbatas, dan anggaran subsidi yang terus membengkak.

Sebagai upaya mencapai sistem pertanian yang dapat mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, subsidi pertanian termasuk pupuk dapat dialihgunakan menjadi pemberian insentif kepada petani untuk dapat membangun sebuah sistem pertanian yang lebih berkelanjutan. Penghematan alokasi subsidi juga dapat mendorong adanya ekosistem untuk membuka kesempatan bagi investasi swasta, termasuk kemitraan antara publik dan swasta.

Pembicara:
Aditya Alta
(Center for Indonesian Policy Studies/CIPS): “Pengalihgunaan subsidi agrikultur untuk ketahanan pangan yang berkelanjutan di negara-negara berkembang”
Sara Qanti (Centre for Global Food and Resources, The University of Adelaide): “Partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dalam bertani dan dalam konservasi tanah dan air.”
Adang Agustian (Pusat Riset Perilaku dan Ekonomi Sirkuler, Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN): Urgensi kebijakan pupuk bagi pertanian

Kamis, 14 April 2022 jam 10.00-11.30 WIB

Ikuti lewat Zoom (registrasi diperlukan): https://cutt.ly/CIPS-FKP-14Apr

atau YouTube (tanpa registrasi) bit.ly/fkp-live

Thumbnail photo by Devi Puspita Amartha Yahya on Unsplash