FKP dengan tuan rumah Article33 Indonesia dengan narasumber Salsabila Kusumawardani (Article 33), Fikri Yansyah (Yayasan Inspirasi), dan Safira Riyanatami (Article 33). Kamis, 15 September 2022.

KEY POINTS:

  1. Kemampuan literasi dan numerasi pada tahap awal perkembangan sangat krusial. Jika hal ini tidak terpenuhi maka dapat menghambat kemajuan akademik dan motivasi siswa. Oleh karena itu, diperlukan intervensi untuk meningkatkan nilai rata-rata literasi dan numerasi siswa SD di Indonesia.
  2. Program BERSAMA merupakan program pelatihan yang mengedepankan pendekatan peningkatan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi. Studi baseline yang bertujuan memahami kondisi awal di tingkat siswa dan guru dilakukan sebelum dimulainya program intervensi BERSAMA. Ruang lingkup studi ini berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kab. Sumba Barat Daya. Terdapat dua kecamatan yang secara spesifik menjadi lokasi studi ini: Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi.

 

SUMMARY

  1. Berdasarkan PISA (Programme for International Student Assessment  2018), indeks literasi dan numerasi Indonesia menempati posisi 10 terbawah dari 79 negara. Rendahnya tingkat literasi dan numerasi dinilai memiliki keterkaitan dengan latar belakang sosial ekonomi, letak geografis dan kualitas sumber daya guru. Hal ini terjadi tidak hanya dalam skala nasional, tetapi juga dalam skala regional, terutama di daerah 3T. Sementara itu, hasil Asesmen Nasional yang dilakukan oleh Kemendikbud menunjukkan 1 dari 2 siswa memiliki literasi di bawah kompetensi minimum, dan 2 dari 3 siswa memiliki numerasi di bawah kompetensi minimum. 
  2. Kemampuan literasi dan numerasi pada tahap awal perkembangan anak sangat krusial. Jika kemampuan dasar ini tidak dapat tercapai, kemajuan akademik dan motivasi siswa akan terhambat. Untuk mengatasi hal ini, dibuat sebuah program pelatihan yang mengedepankan pendekatan peningkatan kapasitas kepemimpinan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi. Sebuah studi dasar (baseline study) telah dilakukan untuk memahami kondisi awal di tingkat siswa dan guru sebelum sebuah program intervensi dibuat Ruang lingkup studi ini adalah Kabupaten Sumba Barat Daya di Provinsi Nusa Tenggara Timur,. Terdapat dua kecamatan yang secara spesifik menjadi lokasi studi ini: Kecamatan Kodi Bangedo dan Kecamatan Kodi.
  3. Walaupun kemampuan numerasi siswa di kedua kecamatan tersebut lebih baik dibandingkan dengan kemampuan literasinya, namun hasil menunjukkan sebagian besar siswa masih berada di level BMA (belum mengenal angka) dan BMH (belum mengenal huruf). Bahkan masih terdapat siswa pada setiap tingkatan kelas yang tidak memiliki kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan menghitung, serta tidak lancar menggunakan Bahasa Indonesia. 
  4. Dari sisi guru, cukup banyak guru yang memiliki motivasi internal, meskipun sebagian masih ada yang tidak termotivasi atau bersumber dari faktor eksternal. Guru dengan Status kepegawaian dan keanggotaan memiliki motivasi lebih tinggi dengan adanya job security. Sementara itu, anggota Kelompok Kerja Guru (KKG) justru lebih tidak termotivasi atau banyak yang perlu dorongan motivasi dari luar. Hal ini didukung temuan kualitatif bahwa forum KKG masih belum optimal digunakan sebagai wadah belajar bersama. Padahal, KKG sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi komunitas praktisi, wadah guru melakukan transformasi pembelajaran.
Download slides (Salsabila Kusumawardani)