FKP dengan tuan rumah Program INOVASI dengan narasumber Nilam Pamularsih (INOVASI) dan Sofie Dewayani (Litara). Kamis, 8 September 2022.

KEY POINTS:

  1. Meskipun anak suka membaca, mereka belum memiliki akses ke buku yang menarik dan sesuai dengan jenjang, sehingga menghambat siswa untuk mengembangkan kecintaan terhadap buku dan peningkatan kemampuan literasi. Perlu strategi bagaimana cara mendorong rantai pasokan buku bacaan, dan mengembangkan model pengadaan yang melibatkan pihak pemerintah maupun swasta untuk memenuhi kebutuhan kuantitas dan kualitas bacaan Indonesia.
  2. Dalam keberpihakan pada siswa di Kurikulum Merdeka, ruang kemerdekaan pada proses perancangan pembelajaran mulai diberikan, termasuk pembuatan dan perluasan media pembelajaran yang ramah anak. Guru dilibatkan secara langsung dalam penulisan buku ramah anak. Dengan menulis buku ramah anak, guru merefleksi apakah ia benar-benar telah memahami dunia siswanya. 

 

SUMMARY

  1. Kemampuan literasi anak-anak Indonesia cenderung masih rendah. Berdasarkan tes Early Grade Reading Assessment (EGRA) nasional yang dilakukan oleh Research Triangle Institute (RTI) pada tahun 2014, hanya 60% siswa SD kelas awal yang mampu memahami isi teks yang dibacanya. Temuan INOVASI pada tahun 2019 pun menemukan bahwa hanya 58% siswa SD kelas I hingga kelas III di empat provinsi dampingan (NTB, NTT, Kalimantan Utara, Jawa Timur) yang lulus tes literasi dasar (kemampuan pengenalan huruf, suku kata, dan kata). Bertepatan dengan momentum Hari Literasi Internasional 2022 yang mengangkat tema “Transforming Literacy Learning Spaces”, forum ini membahas studi dan upaya yang telah dilakukan INOVASI dan Litara untuk meningkatan akses ke buku bacaan anak yang berkualitas.
  2. Nilam Pamularsih (INOVASI) menjelaskan tentang tantangan dan strategi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas buku bacaan anak. Meskipun anak suka membaca, mereka belum memiliki akses ke buku yang menarik dan sesuai dengan jenjang, sehingga menghambat siswa untuk mengembangkan kecintaan terhadap buku dan peningkatan kemampuan literasi. 
  3. Studi INOVASI menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara ketersediaan buku bacaan dan kemampuan literasi siswa. Ke depan, perlu strategi bagaimana cara mendorong rantai pasokan buku bacaan, dan mengembangkan model pengadaan yang melibatkan pihak pemerintah maupun swasta untuk memenuhi kebutuhan kuantitas dan kualitas bacaan Indonesia.
  4. Sofie Dewayani (Litara) menjelaskan tentang kerjasama masyarakat-sekolah untuk menumbuhkan minat baca dan kemampuan literasi anak. Dalam keberpihakan pada siswa di Kurikulum Merdeka, ruang kemerdekaan pada proses perancangan pembelajaran mulai diberikan, termasuk pembuatan dan perluasan media pembelajaran yang ramah anak. Media pembelajaran yang ramah anak antara lain adalah yang sesuai dengan kemampuan membaca anak, minat anak, dan konteks lokal yang ada di lingkungan masyarakat
  5. Guru dilibatkan secara langsung dalam penulisan buku ramah anak. Dengan menulis buku ramah anak, guru merefleksi apakah ia benar-benar telah memahami dunia siswanya. Meskipun tiap hari guru bergaul dengan anak-anak, tetapi ternyata tidak mudah membuat buku yang benar-benar mewakili mereka. Selain itu, keterlibatan masyarakat juga menjadi penting. Kolaborasi sekolah dan masyarakat dalam memanfaatkan buku ramah anak dilakukan dengan melakukan pendekatan baik kepada kepala sekolah dan juga kepala desa setempat. Pelibatan pemangku kepentingan dalam penumbuhan minat baca sangat penting.
Download slides (INOVASI)
Download slides (Litara)