FKP dengan Lembaga Demografi FEB UI dengan pembicara Avanti Fontana (Lembaga Demografi, Universitas Indonesia). Senin, 31 Agustus 2020.

 

Poin utama:

  1. Manajemen Talenta Makro (MTM) merupakan pendekatan dalam tata kelola talenta di tingkat negara yang mempertimbangkan secara sistematis di mana rangkaian faktor manajemen harus dipertimbangkan dari hulu hingga hilir. Pendekatan sistematis penting dalam kerangka konseptual manajemen talenta secara nasional, di mana terdapat faktor input, proses, dan output. Hasil dari sistem MTM di antaranya adalah mobilitas talenta yang baik, utilisasi diaspora, daya saing talenta yang tinggi, pertumbuhan berbasis pengetahuan yang berkualitas, serta ekosistem yang semakin baik.
  2. Komponen-komponen hasil tersebut sejalan dengan faktor input, dimana hasil akan memberikan feedback terhadap input sehingga tercipta sistem yang sinambung dan adaptif. Skor daya saing Indonesia secara umum masih tertinggal. Dalam Global Talent Competitiveness Index (GTCI), peringkat Indonesia mengalami peningkatan, namun tidak ada kenaikan yang signifikan pada skor secara absolut. Indikator tersebut memberikan feedback untuk memperbaiki MTM di Indonesia. Ke depan, perlu ada grand design di level nasional untuk manajemen talenta yang mempertimbangkan antara lain pendekatan outcome, faktor lingkungan makro, dan institusi pengelola talenta yang sistematis.

Ringkasan

  1. Manajemen Talenta Makro (MTM) merupakan pendekatan dalam tata kelola talenta di tingkat negara yang mempertimbangkan secara sistematis faktor-faktor lingkungan nasional dan global yang akan mempengaruhi dan perlu mempertimbangkan proses berjalannya manajemen talenta di tingkat nasional. Terdapat rangkaian faktor yang harus dipertimbangkan dari hulu hingga hilir, dalam merancang tata kelola talenta/sumber daya manusia unggul dalam konteks negara. 
  2. Pendekatan sistematis penting dalam kerangka konseptual manajemen talenta secara nasional, di mana terdapat faktor input, proses, dan output. Dalam faktor input, perencanaan talenta harus mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan makro secara nasional. Ada 11 faktor lingkungan makro antara lain kebijakan pemerintah terkait manajemen talenta, tingkat daya saing nasional, mobilitas talenta, sirkulasi talenta, budaya nasional, sistem pendidikan dan ekonomi, faktor kontekstual dalam suatu negara, serta tren global. 
  3. Pada tahap proses, manajemen talenta harus mempertimbangkan faktor input lingkungan makro yang relevan dalam melakukan perencanaan, akuisisi, pengembangan, dan retensi talenta. Dalam proses tersebut fungsi manajemen talenta harus didukung desain organisasi, manajemen pengetahuan, dan kepemimpinan yang akan merujuk pada siapa yang akan mengatur kegiatan MTM di tingkat negara. 
  4. Tahap input dan proses diharapkan menghasilkan output berupa retensi talenta secara nasional yang tinggi. Retensi talenta yang tinggi ditandai dengan tingginya kualitas talenta yang diretensi dan jumlahnya yang mencukupi kebutuhan. 
  5. Hasil dari sistem MTM di antaranya adalah mobilitas talenta, utilisasi diaspora, daya pikat, daya saing talenta yang tinggi, pertumbuhan yang berkualitas berbasis pengetahuan, serta ekosistem yang semakin baik. Komponen-komponen hasil ini sejalan dengan faktor input, dimana hasil akan memberikan feedback terhadap input sehingga tercipta sistem yang sinambung dan adaptif. 
  6. Skor daya saing Indonesia secara umum masih tertinggal meskipun secara peringkat naik pada sejumlah indikator. Salah satu indikator adalah Global Talent Competitiveness Index (GTCI). Dari tahun 2018 hingga 2020, peringkat indonesia naik dari 77 (dari 119 negara) ke 65 (dari 132 negara). Namun tidak ada kenaikan yang signifikan pada skor secara absolut yang hanya meningkat dari 38 pada tahun 2018 ke 42 pada tahun 2020. Skor yang masih berada di bawah 50 menandakan daya saing tetap tertinggal. Indikator tersebut memberikan feedback untuk memperbaiki MTM di Indonesia. 
  7. Dari analisis yang dilakukan, perlu perbaikan pada faktor input diantaranya akses terhadap kesempatan dan kemampuan kerja. Sedangkan pada sisi output perlu peningkatan khusus pada Global Knowledge Skills yang memiliki skor paling rendah dalam GTCI, terutama pada keterampilan level tinggi dan dampak yang diberikan oleh talenta. Skor GTCI Indonesia yang rendah menjadi dorongan bagi pemerintah untuk mengembangkan talenta pada komponen-komponen yang masih tertinggal. Ke depan, perlu ada grand design di level nasional untuk manajemen talenta yang mempertimbangkan antara lain pendekatan outcome, faktor lingkungan makro, dan institusi pengelola talenta yang sistematis.