FKP dengan tuan rumah Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) dengan narasumber Bayu Krisnamurthi (Wakil Menteri Perdagangan, 2011-2014), Ali Jamil (Kementerian Pertanian), Nyoto Suwignyo (Badan Pangan Nasional), Insan Syafaat (PISAgro), dan Aditya Alta (CIPS). Senin, 4 September 2023.

E-book “Memodernisasi Pertanian Indonesia” (dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris) sudah bisa didapatkan di https://linktr.ee/cipsxrajagrafindo

KEY POINTS:

  1. Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam hal ketahanan pangan, seperti ketersediaan pangan yang tidak mencukupi, produktivitas petani yang rendah, dan ketimpangan pendapatan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan modernisasi pertanian dan keterlibatan sektor swasta dalam mendorong produksi dan pengembangan teknologi. Namun, terdapat hambatan seperti kebijakan investasi, perdagangan, dan keterbatasan subsidi publik yang membatasi partisipasi sektor swasta.
  2. Beberapa upaya telah dilakukan dalam upaya modernisasi pertanian di Indonesia. Badan Pangan Nasional yang baru dibentuk telah mengambil beberapa langkah, termasuk penguatan teknologi informasi dan komunikasi pangan, penguatan hub pangan wilayah, dan pembudayaan pola konsumsi pangan masyarakat yang beragam dan bergizi seimbang. Fokus juga diberikan pada kesejahteraan petani dengan memberikan akses dan teknologi yang setara dengan perusahaan besar, sehingga mereka dapat meningkatkan produksi dan kesempatan ekspor.

SUMMARY

  1. Indonesia masih dihadapkan dengan tantangan pada ketahanan pangan, seperti ketersediaan pangan, rendahnya produktivitas petani, dan ketimpangan pendapatan. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan modernisasi pertanian dan keterlibatan sektor swasta untuk mendorong produksi dan pengembangan teknologi. Sayangnya, hambatan seperti kebijakan investasi, perdagangan, serta keterbatasan subsidi publik membatasi partisipasi sektor swasta.
  2. Aditya Alta dari CIPS menjelaskan bahwa isu modernisasi pertanian menjadi sangat mendesak selain karena kebutuhan yang tinggi, tapi juga karena isu lingkungan yang meliputinya. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memenuhi permintaan pangan tanpa mengkonversi lebih banyak lahan untuk pertanian, dengan terbatasnya daya dukung lingkungan dan jumlah petani yang semakin menyusut. Tantangan ini hanya dapat dijawab dengan inovasi melalui produktivitas lahan dan tenaga kerja.
  3. Badan Pangan Nasional (BAPANAS) yang baru ditetapkan pada tahun 2021 dan dibentuk tahun 2022, sejauh ini telah melakukan beberapa hal dalam upaya modernisasi pertanian, demikian dijelaskan oleh Nyoto Suwignyo (BAPANAS). Upaya tersebut antara lainĀ penguatan teknologi informasi dan komunikasi pangan dalam bentuk rujukan satu data pangan nasional sebagai early warning system kebijakan panganpenguatan hub pangan wilayah untuk pemerataan pasokan dan cadangan pangan;perluasan outlet cadangan pangan pemerintah; danpenanganan prioritas yang dilakukan di wilayah yang memiliki kerawanan pangan tertinggi;penguatan program Lumbung pangan menjadi salah satu program penting, dengan pangan lokal yang disiapkan tiap desa, sehingga mendorong ketahanan dan sekaligus keanekaragaman pangan.
  4. Insan Syafaat dari PISAgro menjelaskan bahwa fokus utama modernisasi pertanian seharusnya adalah kesejahteraan petani. Petani dan koperasi perlu ditempatkan setara dengan pihak lain, dengan memberikan jaminan berbagai akses, terutama teknologi dan modernisasi, sehingga petani mendapatkan kesempatan dimana produk yang dihasilkan bisa setara dengan yang dihasilkan perusahaan besar. Dengan kesetaraan ini, kesempatan untuk menjual ke pasar yang lebih besar atau ekspor dapat meningkat.
Download slides