FKP dengan tuan rumah The SMERU Research Institute dengan Rika Kumala Dewi (The SMERU Research Institute), Slamet Santoso (Kementerian Komunikasi dan Informatika), Meybi Agnesya Neolaka (Timor Moringa & Timor Moringa Learning Center). Rabu, 28 Oktober 2020

KEY POINTS:

  1. Minat pemuda pada profesi wirausahawan tinggi, namun pemuda yang memiliki bisnis hanya sedikit. Persepsi, ketahanan mental, dan kompetensi kewirausahaan pemuda masih lemah. Ada tekanan sosial untuk menjadi pegawai dan norma masyarakat yang tidak terbuka terhadap resiko. Infrastruktur internet dan transportasi yang tidak merata membuat daya saing menjadi rendah. Akses terhadap permodalan dan perizinan bagi pemuda dengan aset, pengalaman, dan literasi keuangan yang terbatas masih sulit. Pemanfaatan teknologi untuk wirausaha oleh pemuda juga ternyata masih minim.
  2. Untuk membantu wirausahawan muda, perlu ada penguatan individu pemuda dan lingkungan pendukung (keluarga dan masyarakat). Pemanfaatan teknologi digital juga perlu ditingkatkan dan infrastruktur perlu dibangun secara merata. Khusus pada pemanfaatan teknologi digital untuk usaha, pandemi COVID-19 diharapkan menjadi momentum untuk akselerasi pengembangan potensi ekonomi digital.

SUMMARY

  1. Di tengah pandemi COVID-19, profesi sebagai karyawan tidak dapat sepenuhnya diharapkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah pengangguran sebab pemuda cenderung mengalami tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) yang lebih tinggi dibandingkan pekerja dengan usia yang lebih tua. Angka pengangguran pemuda di Indonesia dinilai cukup tinggi di mana 3 dari 4 pengangguran adalah pemuda. Timbul urgensi untuk meningkatkan jumlah wirausahawan khususnya bagi anak muda sebagai alternatif pekerjaan sekaligus untuk menurunkan angka pengangguran.
  2. Minat dan potensi anak muda pada profesi wirausahawan tinggi, namun dari 81% pemuda yang berminat wirausaha, hanya 8% yang memiliki bisnis. Proporsi yang rendah ini mencerminkan banyaknya tantangan yang dihadapi pemuda untuk menjadi wirausahawan. Penelitian SMERU menunjukkan bahwa  tantangan pemuda dalam berwirausaha ada pada level individu, keluarga/masyarakat, dan bisnis.
    • Ada temuan menarik yang menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi untuk wirausaha oleh pemuda masih minim, hanya 35% yang sudah menggunakan internet untuk menjalankan usaha. Infrastruktur internet dan transportasi yang tidak merata membuat daya saing pengusaha muda di Indonesia timur menjadi lebih rendah.
    • Dari sisi individu, persepsi, ketahanan mental, dan kompetensi kewirausahaan pemuda masih lemah. Masalah ini diperburuk adanya tekanan sosial untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS)/karyawan perusahaan dan norma masyarakat yang tidak terbuka terhadap resiko.
    • Program peningkatan kompetensi wirausaha oleh pemerintah juga masih terbatas jangkauannya dan tidak sesuai dengan kebutuhan, terlalu teoritis dan tidak berkelanjutan. Keterlibatan pihak non pemerintah belum optimal, dan kapasitas daerah untuk mendukung wirausaha juga terbatas.
    • Akses terhadap permodalan dan perizinan bagi pemuda dengan aset, pengalaman, dan literasi keuangan yang terbatas masih sulit.
  3. Untuk membantu wirausahawan muda mengatasi hambatan yang mereka hadapi, ada beberapa kebijakan yang diusulkan, antara lain perlu ada penguatan individu pemuda dan lingkungan pendukung (keluarga dan masyarakat). Sinergi dan kolaborasi lintas pemangku kepentingan perlu dilakukan, untuk memberikan alokasi sumber daya yang dapat membantu wirausahawan muda. Pemanfaatan teknologi digital juga perlu ditingkatkan dan infrastruktur yang merata perlu dibangun. Khusus pada pemanfaatan teknologi digital untuk usaha, COVID-19 diharapkan menjadi momentum untuk akselerasi pengembangan potensi ekonomi digital. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mendorong pengembangan talenta digital melalui program digital literacy national movement, digital leadership academy, dan gerakan nasional 1000 startup digital yang bekerja sama dengan marketplaces dan industri yang ada di Indonesia. Pemerintah sedang membentuk ekosistem antara akademisi, pemerintah, dan industri untuk memfasilitasi pemuda dalam mengembangkan potensi ekonomi digital.
  4. Dari sudut pandang wirausahawan muda Indonesia di lapangan, Meybi Neolaka menjelaskan tantangan dalam membangun pengembangan produk daun kelor Timor Moringa di Nusa Tenggara Timur (NTT). Minimnya pengalaman, tidak adanya dukungan keluarga, dan posisinya sebagai wirausahawan perempuan diakui Meybi menjadi tantangan dalam berwirausaha. Dari sisi faktor eksternal, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah merupakan tantangan tersendiri dalam mengelola usaha. Meskipun demikian, banyak hal yang dirasa sudah lebih baik. Dari sisi modal, saat ini banyak perlombaan dan program permodalan bagi usaha yang sebenarnya dapat dimanfaatkan. Legalitas usaha saat ini juga dirasa sudah semakin mudah dengan peraturan yang baru.

Photo taken from https://timormoringa.wixsite.com

Download slides (Rika Kumala Dewi)
Download slides (Slamet Santoso)
Download slides (Meybi Agnesya Neolaka)