Manajemen menghadapi bencana secara budaya tersimpan dalam memori kolektif sebuah komunitas. Pada umumnya, memori kolektif itu dapat berbentuk cerita rakyat, nyanyian, pantun, atau petuah dalam bahasa daerah. Saat ini, Indonesia sedang dilanda pandemi COVID-19, sehingga perlu digagas pemanfaatan ketangguhan komunitas menghadapi bencana. Untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 diperlukan perubahan perilaku dari tiap individu. Penggunaan bahasa daerah memberikan pemahaman perlunya mematuhi protokol kesehatan. Faktor demografi maupun non-demografi diperlukan untuk memahami profil masyarakat yang akan diajak berkomunikasi.

Upaya intervensi dilakukan di Kalimantan Timur dengan menggunakan bahasa daerah. Masyarakat setempat merasa jatidirinya dihargai karena bahasa mereka digunakan untuk menanggulangi COVID-19. Berkat pengetahuan manajemen bencana yang terdapat dalam memori kolektif budayanya, mereka dengan sadar mau melakukan protokol kesehatan. Upaya intervensi menggunakan bahasa daerah ini lalu ditindaklanjuti oleh BNPB bersama Badan Bahasa Kemdikbud dengan membuat Pedoman Perubahan Perilaku Protokol Kesehatan dalam 77 Bahasa Daerah. Bahkan, akhir-akhir ini, Tim Bidang Perubahan Perilaku dari BNPB berlanjut membuat poster atau tagline berbahasa daerah dan juga memanfaatkan seni pertunjukan untuk menanggulangi COVID-19.

 

Pembicara: Profesor Dr Multamia RMT Lauder (Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu-Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia)

Kamis, 31 August jam 09.30-11.00am WIB

Ikuti lewat Zoom (registrasi diperlukan): https://bit.ly/fkp31august
atau lewat YouTube bit.ly/fkp-live

Photo by Azkha Fahila on Unsplash